Pages

Selasa, 29 Desember 2015

takdir




dulu, aku membayangkan Tuhan seperti seorang pengarang.
aku membayangkan Tuhan menuliskan semua takdir manusia.



bukankah memang Tuhan yg menuliskan semua takdir manusia?



mungkin enggak.



maksudmu?



Tuhan mungkin tidak menuliskan kisah kita seperti seorang pengarang 
menuliskan cerita-ceritanya. Tuhan tidak menentukan kehidupan seseorang 
dari A sampai Z yg membuatnya tak bisa melakukan 
dan memutuskan apa-apa dalam hidupnya sendiri.



pikiranmu berbahaya.



aku mengarang cerita, an. aku tahu sebuah cerita kadang-kadang dituliskan 
tidak sebagaimana saat ia direncanakan. semua bisa berubah di tengah-tengah. 
dan, kadang-kadang kita tak perlu menuliskan kisah yg runut 
untuk menceritakan perjalanan hidup seseorang. 
kisah hidup manusia lebih mirip puzzle yg berserakan.


aku yakin kita bisa memilih cerita kita sendiri, an. 
aku yakin Tuhan bukan penulis amatiran sepertiku. 
Dia sudah menuliskan beberapa kemungkinan cerita yg tak terbatas jumlahnya, 
lalu meletakkan kita di antara semuanya. dengan satu dan lain alasan, 
kita menjadi tokoh yg menentukan arah cerita kita sendiri. 
kita melompat-lompat memberi makna dari satu keping puzzle hidup kita,
ke kepingan lainnya. jika hari ini kita memilih A
maka skenario Tuhan akan membawa kita ke cerita hidup B. 
tetapi, jika hari ini kita menentukan sikap untuk memilih skenario C, 
mungkin kisah hidup kita akan berlanjut ke D, bukan B.


bayangkan kita disajikan kemungkinan-kemungkinan 
cerita yg tak terbatas jumlahnya, dengan kompleksitas yg rumit 
dan sulit dijelaskan...kita bisa menentukan pilihan untuk menuju 
konsekuensi yg boleh jadi tidak linear. kompleks!



seneng aja dengerin kamu kayak gini lagi.


gila lagi ya? tapi ini serius.
takdir barangkali juga bekerja dengan cara semacam itu.
Tuhan menyiapkan kemungkinan-kemungkinan dengan hukum sebab akibat.
jika kamu melemparkan batu ke udara, batu itu akan jatuh
karena hukum gravitasi. agama menyebutnya sunatullah.
tetapi, bagaimana gayamu melemparkan batu itu
atau dimana batu itu mendarat, ada banyak kemungkinan tentangnya
dan barangkali kamu bisa memilih atau menentukannya. masuk akal, kan?



masuk akal.



tentang takdir, mungkin Tuhan menyiapkan titik-titik peristiwa 
dengan jumlah kemungkinan yg tak terbatas itu. lalu kita menentukan 
ke titik mana kita bergerak, ke titik-titik mana kita melanjutkan konsekuensi 
dari skenario yg kita pilih di titik sebelumnya. 
kita menyebut apa-apa yg sudah kita pilih, apa-apa yg sudah kita alami, sebagai nasib.



menarik. tapi, aku punya satu pertanyaan...

aku tak pernah memilih untuk punya penyakit seperti ini.



benar juga, ya?
aku juga nggak tahu pasti. barangtkali kita tak menentukan pilihan itu sendiri. 
sebab hidup kita terhubung dengan hidup orang lain di sekeliling kita.



kita adalah konsekuensi dari pilihan-pilihan
yg diambil orang lain sebelum kita, begitu?



mungkin begitu. Tuhan yang Maha Penulis telah menuliskan cerita 
yg melintasi generasi, melampaui ruang dan waktu.



rumit, ya?




0 thoughts: